PROPOSAL INI
DISUSUN UNTUK MENGADAKAN PENELITIAN
TENTANG PENGARUH KENAKALAN REMAJA
SMA NEGERI 1 PEKUTATAN
Oleh :
Nama :
I Made Bagus Prandita
Kelas :
XII IPS 1
Program :
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
NIS :
PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA OLAHRAGA PARIWISATA
DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 PEKUTATAN
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyusun karya
tulis guna dapat mengikut UN/US di SMA Negeri 1 Pekutatan
Tahun Pelajaran 2016/2017
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing
II
Drs. I Ketut
Gunawan I
Komang Agus Adnya Putra,S.Pd
NIP: 19631231
200701 1 473 NIP :
i
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah dengan
judul “Kenakalan Remaja” ini adalah salah satu syarat
untuk mennyelesaikan tugas sekolah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan ke depannya.
Pekutatan, 06 Januari 2017
Penulis
ii
COVER
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i
KATA
PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR
ISI .................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ............................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C.
Tujuan Penulisan /
Manfaat ........................................................... 5
BAB
II PERMASALAHAN......................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kenakalan Remaja.................................. 10
B.
Jenis-jenis
kenakalan remaja........................................... 10
C.
Penyebab
terjadinya kenakalan remaja.......................... 11
D.
Gejala-gajala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang
mengarah kepada kenakalan remaja.................... 12
E.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi atau
menanggulangi kenakalan remaja.......................................... 13
F.
Kenakalan remaja dapat
ditimbulkan oleh beberapa hal................ 16
G.
Peran Orang tua dalam
mencegah kenakalan remaja...................... 23
iii
H.
Hubungan Perilaku Menyimpang Pelajar dengan Disorganisasi Sosial..............................................................................................
24
BAB IV PENUTUP
A.
Kesimpulan .................................................................................... 27
B.
Saran
.............................................................................................. 27
C.
DAFTAR PUSTAKA
................................................................... 28
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anonymous menulis “Ada seorang Ibu yang tinggal
di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di
Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang
sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya.
Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan pun ikut diserang”,
(ekaprana htt://www.jurnalbogor.com: 2008). Mengapa para pelajar itu begitu
sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak
bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para pelajar
banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas, dan hal lainnya yang
menyimpang? Apa yang salah dari semua ini? Adalah sulit untuk menentukan suatu
penyimpangan karena tidak semua orang menganut norma yang sama sehingga ada
perbedaan mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang dianggap
menyimpang berarti melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang
bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah
orang-orang yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan
sekunder.
Istilah pelajar dalam
makalah ini adalah mereka yang menurut Kartini Kartono,
berusia antara 12 – 21 tahun.
ÃŒNo.[i]
Pelajar akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai
berikut : masa pra-pubertas (12 – 13 tahun), masa pubertas (14 – 16 tahun), masa
akhir pubertas. (17 – 18 tahun). (2007:27). Dan perilaku menyimpang pelajar
adalah kenakalan pelajar yang biasanya dilakukan oleh
pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. (Jokie M.S. Siahaanhttp://www.blogspot.com/2008). Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung
begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat.
Kenakalan pelajar dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke
dalam perilaku menyimpang. Dalam perilaku menyimpang pelajar
terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan
sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang
dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak
melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau telah terjadi
kenakalan pelajar.Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku mengapa
seorang pelajar melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan
melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988 : 26), mengatakan bahwa
tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai
dorongan untuk berbuat demikian.
ÃŒNo.[ii]
Hal ini disebabkan
karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar
pada situasi dan adanya kesempatan tertentu, tetapi terkadang pada kebanyakan
orang tidak menjadi berwujud penyimpangan.Dasar pengakategorian penyimpangan
didasari oleh perbedaan perilaku, kondisi dan individu. Penyimpangan dapat
didefinisikan secara statistik, absolut, reaktifis, dan normatif. Perbedaan
yang menonjol dari keempat sudut pandang pendefinisian itu adalah pendefinisian
oleh para reaktifis, dan normatif yang membedakannya dari kedua sudut pandang
lainnya.( Jokie M.S. Siahaan: blogspot.com:2008). Penyimpangan secara normatif
didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu
adalah terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi. Jumlah dan macam
penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif tergantung dari besarnya perbedaan
Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau masyarakat.
Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.Penyimpangan biasanya dilihat
dari perspektif orang yang bukan penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap
penyimpangan membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi penyimpang. Untuk
menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang
dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi penolakan atau
stigma dari orang non penyimpang disebut dengan teknik pengaturan.
ÃŒNo.[iii]
Tidak satu teknik pun
yang menjamin bahwa penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya,
Teknik-teknik yang digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi
aspek lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang
dan berubah menjadi tidak menyimpang.Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan
sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan
sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan
sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap
pelajar. Karena itulah dalam membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis
menitik beratkan pada pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai
masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan
disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
pada umumnya para pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial dalam
keluarga misalnya, maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan
mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan
terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.
ÃŒNo.[iv]
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku penyimpangan yang
dilakukan para pelajar...?
2.
Apa hubungan antara
perilaku menyimpang pelajar dengan disorganisasi sosial...?
C.
Tujuan Penulisan/Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1)
Untuk memahami &
mengetahui bagaimana Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya
perilaku penyimpangan yang dilakukan para pelajar.
2)
Untuk mengetahui
hubungan antara perilaku menyimpang pelajar dengan disorganisasi sosial.
ÃŒNo.[v]
BAB II
PERMASALAHAN
Berbicara mengenai masalah kenakalan remaja tidak akan habis2nya,
namun dalam makalah ini saya hanya menyumbangkan sebagian kecil pemikiran
masalah kenakalan remaja yang mungkin saja berguna untuk menambah pengetahuan
para pembaca.Saat ini generasi muda khususnya remaja zaman sekarang, telah digembleng
berbagai disiplin ilmu. Hal itu tak lain adalah persiapan mengemban tugas
pembangungan pada masa yang akan datang, masa penyerahan tanggung jawab dari
generasi tua ke generasi muda. Sudah banyak generasi muda yang menyadari
peranan dan tanggung jawabnya terhadap negara.Pada umunya kenakalan remaja ini
dilakukan oleh anak yang berumur antara 15-18 tahun. Masa remaja merupakan masa
dimana sedang beralihnya masa anak2 menuju masa kedewasaan.
Pada masa ini jiwa mereka masih labil dan mereka tidak memiliki pegangan
yang pasti. Mereka berbuat sesuai dengan pikiran dan nalar, perbuatan itu
mereka lakukan dalam mencari jati diri mereka sebenarnya.Kenakalan remaja itu
harus diatasi, dicegah dan dikendalikan sedini mungkin agar tidak berkembang
menjadi tindak kriminal yang lebih besar yang dapat merugikan dirinya sendiri,
lingkungan masyarakat dan masa depan bangsa.Masalah remaja sebagai usia
bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya sendiri2,
termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka.
ÃŒNo.[vi]
Ada dua alasan hal itu
terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak2, seluruh masalah mereka
selalu diatasi oleh orang2 dewasa. Hal inilah yang membuat
remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah. Kedua; karena
remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi dan menolak
bantuan dari orang dewasa.Arus perubahan kehidupan yang berjalan amat cepat
cenderung membuat individu merasa hanya seperti sebuah sekrup dalam mesin
raksasa daripada seorang makhluk utuh yang memiliki di dalam dirinya suatu
keyakinan akan identitas diri sebagai seorang pribadi.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
a)
kebutuhan akan figur
teladan
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan
nilai2 luhur yang berlangsung dari keteladanan orang tua mereka
daripada hanya sekedar nasihat2 bagus yagn tinggal hanya kata2indah.
b)
sikap apatis
Sikap apatis meruapakan kecenderungan
untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di
dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam ketidakacuhannya akan apa yang
terjadi di masyarakatnya.
c)
kecemasan dan
kurangnya harga diri
Kata stress atau frustasi semakin umum dipakai kalangan
remaja. Banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk
“pelarian” (memburu kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan
lainnya).
d)
ketidakmampuan untuk
terlibat
Kecenderungan untuk mengintelektualkan
segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan
diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan
di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung rugi atau malahan dengan
uang.
e)
perasaan tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya ini muncul
pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya hidup dan pola berpikir
masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan masyarakat teknokratis
yang memaksa kita untuk pertama-tama berpikir tentang keselamatan diri kita di
tengah2 masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan pintas”, misalnya menggunakan
segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik atau ijasah.
f)
pemujaan akan
pengalaman
sebagian besar tindakan2 negatif
anak muda dengan minumam keras, obat2an dan seks pada mulanya berawal dari
hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memberikan
pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
Bentuk2 dari
perbuatan yang anti sosial antara lain :
Anak2 muda
yang berasal dari golongan orang kaya yang biasanya memakai pakaian yang mewah,
hidup hura2 dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah
yang tidak selaras dengan kebiasaan adat timur.
ÃŒNo.[vii]
a.
Di sekolah, misalnya
dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat masuk kelas,
tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
b.
Ngebut, yaitu
mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan
yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.
c.
Membentuk kelompok
(genk2) anak muda yang tingkah lakunya sangant menyimpang dengan
norma yagn berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang
menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja.Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Definisi kenakalan
remaja menurut para ahli :
v Kartono,ilmuan sosiologi Kenakalan
remaja atau dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah juvenile delinquency
merupakan gejala patologis pada remaja di sebabkan oleh satu bentuk
pengabaian social.
v Santrock “kenakalan remaja
merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat
di terima secara social hingga terjadi tndakan criminal.
B.
Jenis-jenis
kenakalan remaja
1.
Kenakalan remaja di sekolah
Misal :
a)
Tidak masuk sekolah tanpa
keterangan.
b)
Meninggalkan sekolah
pada saat jam pelajaran.
c)
Membawa senjata tajam
ketika sekolah.
2.
Kenakalan
remaja di luar sekolah (masyarakat) Misal :
a)
Ikut balapan tiar
antar geng.
b)
Ikut tawuran antar
geng.
c)
Minum minuman keras.
d)
Mengkonsumsi obat-obatan
terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya.
3.
Kenakalan
remaja di lingkungan keluarga,Misal :
a)
Tidak mendengarkan
nasehat orang tua.
b)
Tidak mentaati
perintah orang tua.
c)
Melanggar norma yang
telah di sepakati bersama keluarga.
C.
Penyebab
terjadinya kenakalan remaja
Perilaku nakal remaja biasanya di sebabkan oleh factor dari remaja itu
sendiri(internal) maupun dari luar (eksternal)
v faktor internal :
1)
Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan
terjadinya dua bentuk intregasi.pertama,terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya,ke dua,tercapainya
identitas peran.
ÃŒNo.[x]
kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa intregasi ke dua.
2)
Kontrol diri
Kontrol diri yang
lemah Remaja yang tidak bisa mempelajari
dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
“nakal”.
v Factor eksternal :
1)
Keluarga
Percerain
orang tua , tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga ,atau perselisian antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada
remaja.Pendidikan yang salah di keluarga juga bisa mempengaruhi sepert iterlalu memanjakan anak,tidak memberikan
pendidikan agama,atau penolakan
terhadap eksistensi anak,bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
2) Teman
sebaya yang kurang baik.
3)
Komunitas
/ lingkungan tempat tinggal yang kurang
baik
D.
Gejala-gajala
yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan remaja:
1.
Anak-anak tidak di sukai oleh teman-teman nya sehingga anak tersebutmenyendiri.
ÃŒNo.[xi]
2.
Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab dirumah atau sekolah.
3.
Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalamimasalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya.
4.
Anak-anak
yang suka berbohong.
5.
Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
6.
Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batasyang berbeda dengan ketakutan anak-anak normal.
7.
Anak-anak yang suka menyakiti / mengganggu teman-temannyadisekolah atau dirumah
E. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi
atau menanggulangi kenakalan remaja:
1.
Kegagalan
yang mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
Melalui olahraga para
remaja akan memiliki banyak figure yang bisa dia jadikan contoh bagi para
remaja . Dan tentu jelas figure itu adalah orang orang yang berkecimpung dalam
dunia olahraga yang telah memiliki prestasi yang tentu akan dicontoh oleh para
remaja. Dengan begitu dia akan bisa meniru semua hal yang ia idolakan menjadi
seseorag yang berprestasi.
2.
Adanya motifasi dari keluarga,guru,teman sebaya untuk melakukan point pertama.
3.
Kemauan
orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis , komunikatif , dan nyaman bagi remaja.
4.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tuamember arahan dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul.Dengan
olahraga,para remaja akan tentu memiliki lingkungan dan teman yang memiliki
daya pikir sebagai olahragawan juga,yang bakal tentu memiliki kegitan yang
bermanfaat.
5.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
6. Dalam sebuah lingkungan keluarga, perlu
diadakan hubungan dan komunikasi yang terbuka antar sesama anggota kaluarga.
7. Jika dikelas terjadi perilaku yang
menyimpang, jangan bersikap marah terhadap siswa, tetapi hadapi dengan hati dan
pikiran yang tenang dan jernih.
8. Memberikan bimbingan siswa dikelas secara
keseluruhan, sehingga setiap siswa memperoleh kepuasan dan kesuksesan serta
tercipta suasana kelas yang harmonis tenang dan menyenangkan.
9.. Memahami segala keterbatasan yang dimiliki
siswa, sehingga sebagai guru hendaknya membantu dengan memberikan pertolongan
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengembangkan diri.
10. Memahami segala kemampuan yang berbeda-beda.
11. Menjaga pergaulan kita dengan siapa saja
dengan memperhatikan norma-norma yang berlaku.
12. Harus dapat membedakan mana hal yang buruk
dan mana hal yang baik untuk pergaulan kita agar tidak terjerus ke pergaulan
bebas.
13. Perlunya / pentingnya peran orang tua dalam
mendidik seorang anak.
14. Memberi pengalaman bagi siswa yang melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif.
ÃŒNo.[xiii]
F. Kenakalan remaja dapat ditimbulkan oleh
beberapa hal, sebagian diantaranya adalah :
1. Pengaruh Kawan Sepermainan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan adalah merupakan satu bentuk
prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata
teman-temannya. Apalagi mereka dapat memiliki teman dari kalangan terbatas.
Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat pemerintah
setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang lainnya. Di
jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya membanggakan si remaja
saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua juga senang dan bangga kalau
anaknya mempunyai teman bergaul dari kalangan tertentu tersebut. Padahal,
kebanggaan ini adalah semu sifatnya. Malah kalau tidak dapat dikendalikan,
pergaulan itu akan menimbulkan kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan
tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak
akan berusaha mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak
mampu memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi,
maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik, obat
terlarang, dan lain sebagainya.Untuk menghindari masalah yang akan timbul
akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai,
orangtua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian
tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja.
ÃŒNo.[xiv]
Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan pemaksaan maupun
mengada-ada. Berilah pengertian yang jelas dahulu, sekaligus berilah teladan
pula. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi
waktu anak ‘kluyuran’ tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui
tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih
untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari. Mereka dididik untuk
mandiri. Selain itu, berilah pengarahan kepada mereka tentang batasan teman
yang baik.
2.
Pendidikan
Memberikan pendidikan yang sesuai adalah merupakan salah satu tugas
orangtua kepada anak. Ketika anak telah berusia 17 tahun atau 18 tahun yang
merupakan akhir masa remaja, anak mulai akan memilih perguruan tinggi. Orangtua hendaknya membantu memberikan pengarahan agar masa depan si anak
berbahagia. Arahkanlah agar anak memilih jurusan sesuai dengan kesenangan dan
bakat anak, bukan semata-mata karena kesenangan orang tua. Masih sering terjadi
dalam masyarakat, orangtua yang memaksakan kehendaknya agar di masa depan
anaknya memilih profesi tertentu yang sesuai dengan keinginan orangtua.
Pemaksaan ini tidak jarang justru akan berakhir dengan kekecewaan. Sebab, meski
memang ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orangtuanya tersebut,
tetapi tidak sedikit pula yang kurang berhasil dan kemudian menjadi kecewa,
frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali.
ÃŒNo.[xv]
Mereka malah pergi
bersama dengan kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan
mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.
3.
Penggunaan Waktu Luang
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan
seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada
kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja
akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk
kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan
menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka
lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong
rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak
jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya.
Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan
sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya
adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya,
ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat
bius, dan sebagainya. Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif
si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang
sesuai.
ÃŒNo.[xvi]
Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya
hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan
pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka
terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus. Tersesat.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
Oleh karena itu, orangtua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orangtua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orangtua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan, keisengan remaja adalah semacam ‘refreshing’ atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak senang berkelahi, orangtua dapat memberikan penyaluran dengan mengikutkannya pada satu kelompok olahraga beladiri.
4. Uang Saku
Orangtua hendaknya memberikan teladan untuk menanamkan pengertian bahwa
uang hanya dapat diperoleh dengan kerja dan keringat. Remaja hendaknya dididik
agar dapat menghargai nilai uang. Mereka dilatih agar mempunyai sifat tidak
suka memboroskan uang tetapi juga tidak terlalu kikir. Ajarkan pula anak untuk
mempunyai kebiasaan menabung sebagian dari uang sakunya. Menabung bukanlah
pengembangan watak kikir, melainkan sebagai bentuk menghargai uang yang didapat
dengan kerja dan semangat.
ÃŒNo.[xvii]
Uang saku yang
diberikan dengan tidak bijaksana akan dapat menimbulkan masalah. Yaitu:
1. Anak menjadi boros
2. Anak tidak menghargai uang, dan
3. Anak malas belajar, sebab mereka pikir
tanpa kepandaian pun uang gampang didapat.
5. Perilaku Seksual
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang
dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan
mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah
pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk
gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan
untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi
informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang
lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.
Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang
idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan
sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi
kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran
sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.
Dalam memberikan
pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua
hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan.
Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak
harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang
dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia
makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak.
Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan
yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidak setujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua. Oleh sebab itu masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan daritahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak. Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidak setujuan ini hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan. Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua. Oleh sebab itu masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orangtua, tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan daritahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia.
ÃŒNo.[xix]
Setiap masa pertumbuhan memiliki ciri-ciri
tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa
remaja sering dianggap sebagai
masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar.Padahal
bagi si remaja sendiri, masa ini adalah masa yang paling menyenangkan
dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya berkenan menerima remaja sebagaimana adanya.
Jangan terlalu membesar-besarkan perbedaan. Orangtua para remaja hendaknya
justru menjadi pemberi teladan di depan,di tengah membangkitkan
semangat, dan di belakang mengawasi segala tindak tanduk siremaja.Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke
dewasa.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka
yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun. Seorang remaja sudah tidak
lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun masih belum cukup matang untuk
dapat dikatakan dewasa.Mereka sedang mencari pola hidup yang paling sesuai
baginya dan ini pun seringdilakukan
melalui metoda coba-coba walaupun melalui banyak kesalahan.ÃŒNo.[xx]
Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan kekuatiran serta
perasaan yang tidak menyenangkan
bagi lingkungan dan orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya
akan menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa mencari identitas.
Kesalahan-kesalahan yangmenimbulkan
kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan remaja.Masalah
kenakalan remaja mulai mendapat perhatian yang khusus sejak dibentuknya suatu
peradilan untuk anak-anak nakal atau jouvenille court pada tahun
1899 di Cook Country, Illinois, Amerika Serikat. Pada waktu itu, peradilan
tersebut berfungsi sebagai pengganti orangtua si anak yang memutuskan perkara
untuk kepentingan si anak dan masyarakat. Dalam pandangan umum, kenakalan
anak dibawah umur 13 tahun masih dianggap wajar, sedangkan kenakalan anak
diatas usia 18 tahun dianggap merupakan suatu bentuk kejahatan.
G. Peran Orang tua dalam mencegah Kenakalan
remaja:
Dalam hal ini peran orang tua sangatnya penting untuk mencegah terjadinya
kenakalan siswa karena disini orang tualah yang paling dekat dengan
siswa/remaja, maka dari itu perlu adanya keterbukaan, saling mengisi, dan
komunikasi antara orang tua dan siswa.
ÃŒNo.[xxi]
Disini yang dimaksud
keterbukaan, saling mengisi dan komunikasi adalah :
Keterbukaan, mencakup
:
1). Saling jujur antara satu sama lain anggota
keluarga
2). Tidak ada rasa ketertutupan
3). Selalu bicara apa adanya sesuai isi hati
Saling mengisi, mencakup
:
1). Saling melengkapi kekurangan antara anggota
keluarga
2). Saling mengisi kekosongan antar hati
3). Saling membantu jika ada masalah
Komunikasi, mencakup :
1). Saling bicara antar hati
2). Saling berbagi masalah
3). Selalu komunikasi ungkapkan isi hati
H. Hubungan Perilaku Menyimpang Pelajar
dengan Disorganisasi Sosial.
Perilaku pelajar
sebagai individu yang dianggap menyimpang dan merupakan sebagai masalah sosial,
pada dasarnya bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi
sosial sebagai sumber masalah. Hal ini dapat dilihat bahwa pada umumnya para
pelajar yang mengalami gejala disorganisasi sosial seperti masalah dalam
keluarga,maka norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat.
Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya
berbagai bentuk penyimpangan perilakunya.
ÃŒNo.[xxii]
Ada beberapa hal yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam menilai ada tidaknya hubungan antara
perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar dengan disorganisasi sosial,
terutama masalah dalam keluarga, (Masngudin HMS : wordpress.com/2008), yaitu :
1. Hubungan dengan
sikap orang tua dalam pendidikan
Salah satu sebab kenakalan yang disebutkan pada kerangka konsep di atas
adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya
otoriter, dan tidak memperhatikan sama sekali pendidikan anaknya, sering
melakukan kenakalan khusus, ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak.
2. Hubungan dengan pekerjaan
orang tua
Untuk mengetahui apakah perilaku menyimpang atau kenakalan juga ada
hubungannya dengan pekerjaan orangtuanya, artinya tingkat pemenuhan kebutuhan
hidup. Karena pekerjaan orangtua dapat dijadikan ukuran kemampuan ekonomi, guna
memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini perlu diketahui karena dalam keseharian
orang tua terkadang tidak mampu dan melalaikan tugas sosial keluarga, karena
kesibukannya dalam pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
3. Hubungan dengan
keutuhan keluarga
Secara teoritis keutuhan keluarga dapat berpengaruh terhadap kenakalan
pelajar. Artinya banyak terdapat anak-anak pelajar yang nakal datang dari keluarga
yang tidak utuh, baik dilihat dari struktur keluarga maupun dalam interaksinya
di keluarga, namun ketidakutuhan struktur keluarga bukan jaminan bagi anaknya
untuk melakukan kenakalan.Namun jika dilihat dari keutuhan dalam interaksi,
terlihat jelas bahwa yang melakukan kenakalan khusus berasal dari keluarga yang
interaksinya kurang dan tidak serasi. Jadi ketidak berfungsian keluarga untuk
menciptakan keserasian dalam interaksi mempunyai kecenderungan anak pelajarnya
melakukan kenakalan. Artinya semakin tidak serasi hubungan atau interaksi dalam
keluarga tersebut tingkat kenakalan yang dilakukan semakin berat, yaitu pada
kenakalan khusus. seperti hubungan seks di luar nikah, menyalahgunakan
narkotika, kasus pembunuhan, pemerkosaan, kumpul kebo, serta menggugurkan
kandungan.
4. Hubungan antara
interaksi keluarga dengan lingkungannya
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat, oleh karena itu mau
tidak mau harus berhubungan dengan lingkungan sosialnya. Adapun yang diharapkan
dari hubungan tersebut adalah serasi, karena keserasian akan menciptakan
kenyamanan dan ketenteraman. Apabila hal itu dapat diciptakan, yaitu menerapkan
proses sosialisasi yang baik bagi anak-anaknya, dengan tetangga atau lingkungan
sosialnya, maka kecenderungan anaknya melakukan kenakalan pada tingkat yang
lebih berat yaitu kenakalan khusus, akan terhindarkan.
ÃŒNo.[xxiii]
5. Hubungan dengan kehidupan
beragama keluarga
Kehidupan beragama keluarga juga merupakan salah satu ukuran untuk melihat
hubungan perilaku penyimpangan pelajar dengan disorganisasi sosial dalam
keluarga. Sebab keluarga yang menjalankan kewajiban agama secara baik, berarti
mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis
bagi keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik, maka
anak-anaknyapun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma
agama.Dengan demikian ketaatan dan tidaknya beragama bagi keluarga sangat
berhubungan dengan kenakalan yang dilakukan oleh anak-anaknya. Hal ini berarti
bahwa bagi keluarga yang taat menjalankan kewajiban agamanya kecil kemungkinan
perilaku anaknya menyimpang, baik kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan maupun kenakalan khusus, demikian juga sebaliknya.Menurut teori
Durkheim kenakalan pelajar disebabkan ketidak
berfungsian sebuah organisasi yang dalam hal ini adalah organisasi keluarga,
untuk itu solusi yang diambil yaitu memfungsikan kembali organisasi itu atau
keluarga untuk mencegah tingkat kenakalan pelajar tersebut. (Soerjono Soekanto,
2007:324). Dan pada dasarnya keluarga memang adalah organisasi pertama sebagai
pembentuk watak dan kepribadian anak atau pelajar, jadi keberfungsian keluarga
sangat menentukan masa depannya.
ÃŒNo.[xxiv]
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis
di atas, ditemukan bahwa perilaku menyimpang pelajar adalah kenakalan pelajar
yang biasanya dilakukan oleh pelajar-pelajar yang gagal dalam menjalani
proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa
kanak-kanaknya, Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan
penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan cara memahami, bukan
menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang.Berdasarkan kenyataan di atas,
maka untuk memperkecil tingkat perilaku menyimpang pelajar, maka perlu kiranya
orangtua menjaga dan mempertahankan keutuhan keluarga dengan mengoftimalkan
fungsi sosial keluarga melalui program-program kesejahteraan sosial yang
berorientasi pada keluarga dan lingkungannya, pengenalan agama lebih dini dan
mengamalkannya di kehidupan sehari-hari.
B.
SARAN
1) Perlu adanya tindakan-tindakan
dari pemerintah untuk mengawasi tindakanremaja di Indonesia
agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
2)
Perlunya penanaman nilai moral , pendidikan dan nilai religious pada diriseorang remaja.
ÃŒNo.[xxv]
DAFTAR PUSTAKA
Achlis, 1992, Praktek
Pekerjaan Sosial I, STKS , Bandung
Gunarsa, Singgih D,
1988, Psikologi Pelajar, Jakarta, BPK Gunung Mulya.
Kartini,
Kartono,1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Pelajar, Jakarta,
Rajawali.
_______________,
2007, Psikologi Anak, , Bandung. Mandar Maju.
_______________,
1985 Perubahan Sosial, Jakarta, Rajawali.
Soerjono Soekanto,
1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta
_________________,
2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
http://h4b13.wordpress.com/2008/01/14/hal-hal-yang-mempengaruhi-timbulnya-
kenakalan- pelajar/, diakses 29 Januari
2009.
http://em4lzy.multiply.com/journal/item/5/kenakalan_pelajar, diakses 1 Pebruari 2009.
http://innventarisasi-pengetahuan.blogspot.com/2008/04/kenakalan
pelajar.html, diakses 10
Pebruari 2009.
http://www.jurnalbogor.com/p/4294,
Cegah Kenakalan
Makalah Tentang Pengaruh Kenakalan Remaja Sma Negeri 1 Pekutatan
Reviewed by Pak Yan
on
January 09, 2017
Rating:
No comments: